

Intuisi atau Analisis: Mengungkap Cara Konsumen Berpikir
16 September 2025
Proses berpikir manusia ternyata lebih kompleks daripada yang terlihat. Ada dua mode berpikir, yang dikenal sebagai Sistem 1 dan Sistem 2. Kedua sistem ini mewakili dua cara berbeda dalam otak memproses informasi untuk mengambil keputusan. Konsep Sistem 1 dan Sistem 2 dipopulerkan oleh Daniel Kahneman dalam bukunya yang berjudul Thinking, Fast and Slow.
Sistem 1 bekerja dengan cepat dan otomatis, tanpa usaha atau kesadaran yang disengaja. Sistem ini membantu orang membuat keputusan cepat berdasarkan pengalaman atau pola yang sudah dikenal, tanpa banyak berpikir. Sebagai contoh, warna cerah dan desain kemasan yang unik langsung menarik perhatian di rak supermarket. Sebaliknya, Sistem 2 berfungsi ketika orang melibatkan pemikiran yang lebih usaha dan perlu berkonsentrasi. Misalnya, ketika konsumen membandingkan fitur smartphone dari berbagai merek sebelum membeli. Sistem 2 terasa seperti kita sengaja fokus dan mengontrol pikiran kita. Cara berpikir ini digunakan saat kita menghadapi masalah yang sulit atau perlu melakukan analisis mendalam yang memerlukan pertimbangan hati-hati.
Ketika orang berpikir tentang diri mereka sendiri, mereka biasanya melihat diri mereka sebagai makhluk yang dapat bernalar, mengambil keputusan, dan memilih tindakan mereka. Ini disebut sebagai Sistem 2. Sistem 2 adalah bagian dari pikiran yang sepenuhnya mengendalikan pemikiran dan tindakan kita. Namun, ada bagian lain dari pikiran yang bekerja secara otomatis dan jauh lebih cepat, yaitu Sistem 1. Sistem 1 merespon dengan cepat dalam bentuk kesan atau perasaan yang muncul tanpa disadari, dan sering kali menjadi dasar dari keputusan yang kita yakini berasal dari pemikiran yang disengaja. Baik Sistem 1 maupun Sistem 2 memiliki peran, kekuatan, dan keterbatasannya masing-masing. Memahami bagaimana keduanya bekerja dapat membantu kita lebih memahami bagaimana orang berpikir dan membuat keputusan.
Lalu, apa hubungannya ini dengan ekonomi?
Inilah inti dari ekonomi perilaku, sebuah bidang yang mempelajari bagaimana faktor psikologis, seperti emosi dan intuisi cepat (Sistem 1), serta pemikiran rasional (Sistem 2), memengaruhi keputusan ekonomi. Ekonomi perilaku menunjukkan bahwa orang sering kali tidak membuat keputusan keuangan dengan cara yang sepenuhnya logis atau sadar. Bias kognitif, kebiasaan, atau dorongan emosional dapat membuat individu membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, menunda menabung, atau mengambil risiko tanpa pertimbangan yang hati-hati. Pendekatan ini menawarkan perspektif baru dalam memahami perilaku konsumen, manajemen keuangan, dan bahkan kebijakan publik.
Sekarang, konsep pemikiran Sistem 1 dan Sistem 2 memainkan peran penting dalam dunia pemasaran. Dengan banyaknya pilihan yang tersedia bagi konsumen, banyak merek yang bergantung pada respons emosional cepat dari Sistem 1 untuk menarik perhatian dan mendorong penjualan. Iklan tidak lagi hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga berusaha menciptakan koneksi emosional antara produk dan konsumen, mendorong pembelian spontan tanpa banyak pertimbangan.
Mengingat pengaruh kuat dari pemikiran Sistem 1, memperbarui kampanye pemasaran secara teratur mungkin tidak selalu seefektif yang diharapkan. Di tengah persaingan yang semakin ketat, banyak merek yang mencoba pendekatan berani dan tidak konvensional. Namun, perubahan besar dalam kampanye dapat berisiko kehilangan elemen-elemen khas yang telah membentuk asosiasi otomatis dalam pikiran konsumen. Bahkan, dengan mempertahankan pesan atau elemen visual yang sudah tertanam dalam ingatan konsumen, merek dapat menciptakan dampak yang lebih kuat melalui Sistem 1, dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sistem 2 juga sama pentingnya dalam pengambilan keputusan. Untuk pembelian bernilai tinggi, konsumen tidak hanya mengandalkan intuisi dari Sistem 1, tetapi juga melibatkan pemikiran rasional melalui Sistem 2. Dalam hal ini, merek dapat memanfaatkan pemahaman tentang cara kerja Sistem 2 dengan memberikan pembenaran logis seperti fakta, data, atau statistik yang mendukung keyakinan awal konsumen dan memperkuat keputusan mereka untuk membeli.
Saat membuat keputusan, otak manusia beroperasi melalui dua jenis pemikiran: Sistem 1 yang cepat dan intuitif, serta Sistem 2 yang lebih reflektif dan analitis. Kedua sistem ini berperan dalam membentuk pilihan dan perilaku, termasuk dalam konteks riset pasar. Penting bagi para peneliti pasar untuk memahami bagaimana kedua sistem ini bekerja untuk mengidentifikasi bagaimana respons spontan (Sistem 1) dan pertimbangan rasional (Sistem 2) mempengaruhi keputusan pembelian. Dengan mengeksplorasi baik proses sadar maupun tidak sadar dalam pikiran konsumen, para peneliti pasar dapat mengungkap faktor-faktor kunci yang memengaruhi keputusan konsumen dan memberikan rekomendasi strategi pemasaran yang lebih terarah.
Kesimpulannya, proses pengambilan keputusan manusia melibatkan dua sistem berpikir: Sistem 1 yang cepat, otomatis, dan intuitif; serta Sistem 2 yang analitis, logis, dan memerlukan usaha. Kedua sistem ini saling melengkapi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam konteks ekonomi dan pemasaran. Dalam ekonomi perilaku, kombinasi emosi (Sistem 1) dan rasionalitas (Sistem 2) memainkan peran penting dalam membentuk keputusan keuangan. Dalam dunia pemasaran, banyak merek yang memanfaatkan kekuatan Sistem 1 untuk menarik perhatian dan membangun koneksi emosional, namun tetap perlu mendukungnya dengan informasi rasional untuk keputusan yang lebih kompleks. Memahami bagaimana kedua sistem ini bekerja sangat penting bagi peneliti pasar dan profesional pemasaran untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dan sesuai dengan pola pikir konsumen.
Mungkin anda akan menyukai ini

