

Responden Tidak Bisa Menjawab yang Benar!
18 July 2025
Ya, responden itu tidak diharuskan untuk menjawab benar, mereka hanya diminta untuk menjawab sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Tujuan kita adalah untuk memahami apa yang ada dalam pikiran mereka, meskipun terkadang jawaban yang diberikan tidak pas atau ke mana-mana, tapi tetap kita apresiasi. Proses ini adalah wawancara, bukan sebuah tes atau evaluasi.
Jika responden merasa sedang diuji atau dievaluasi, mereka akan cenderung merasa tertekan. Akibatnya, fokus mereka akan beralih dari menyampaikan apa yang mereka rasakan atau pikirkan, menjadi sekadar khawatir apakah jawaban mereka benar atau salah. Situasi akan menjadi lebih buruk jika wawancara terasa seperti investigasi atau interogasi, yang dapat menyebabkan responden menolak menjawab atau memberikan jawaban secara asal.
Sebagai contoh konkret, mari kita lihat pertanyaan mengenai harga produk. Sejujurnya, kita sebagai konsumen sering kali tidak mengingat harga pasti dari setiap barang yang kita beli, terutama untuk pembelian rutin di supermarket atau minimarket. Ingatan kita umumnya hanya berupa perkiraan yang bisa jadi tidak akurat. Oleh karena itu, kita tidak bisa berharap responden mengingatnya secara detail.
Ketika responden memberikan jawaban yang keliru—misalnya, menyebut harga Rp13.000 untuk produk yang sebenarnya seharga Rp10.000—hindari untuk langsung mengoreksinya dengan kalimat seperti, "Saya rasa tidak ada produk ini yang harganya Rp13.000, Bu." Momen seperti itu dapat mengubah sisa wawancara menjadi sesi tebak-tebakan, bukan lagi penggalian opini. Hal ini juga berlaku untuk pertanyaan seputar detail lain, seperti anggaran belanja, ukuran produk, varian rasa, atau sumber informasi.
Contoh lain adalah mengenai ukuran produk. Konsumen jarang mengingat detail seperti volume dalam mililiter. Jika mereka salah menyebutkan, jangan dipermasalahkan. Kalimat seperti, "Tidak ada produk ini ukuran 750ml, apakah Ibu yakin pernah membelinya?" adalah contoh pendekatan yang harus dihindari. Pertanyaan mengenai ukuran tetap bisa diajukan, namun dengan cara yang lebih umum. Alih-alih menanyakan angka pastinya, kita bisa menggunakan kategori seperti "kecil, sedang, atau besar," atau menunjukkan gambar untuk memberikan gambaran yang lebih jelas.
Kesimpulannya, jawaban responden adalah data utama untuk analisis kita. Oleh karena itu, setiap jawaban berharga dan tidak seharusnya disalahkan. Jawaban yang "tidak tepat" pun dapat menghasilkan sebuah insight, misalnya kesimpulan bahwa konsumen memang tidak terlalu memperhatikan detail ukuran produk.
Untuk memastikan wawancara berjalan produktif, sangat disarankan untuk selalu mengingatkan responden di awal sesi bahwa tidak ada jawaban yang benar atau salah. Yang kita butuhkan adalah pendapat jujur yang merefleksikan apa yang ada di benak mereka. Jadi, jangan dites lagi ya, hehe.
Mungkin anda akan menyukai ini

