

JANGAN DENGARKAN APA KATA KONSUMEN!
20 December 2024
Lho, kok? Bukannya salah satu sumber utama dari market research adalah apa yang konsumen katakan atau jawab? Betul! Pada saat kita melakukan research kita mendapatkan jawaban dari konsumen berdasarkan concern yang kita miliki. Namun, yang harus tetap kita masukan ke mindset adalah melihat jawaban mereka serta memahami latar belakang mengapa mereka menjawab seperti itu. Masih bingung? Saya coba share dua kasus yang sering terjadi.
Kasus Pertama: Pentingnya Faktor Harga
Dalam banyak survei, pertanyaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian sering kali menghasilkan jawaban bahwa harga adalah yang terpenting. Kerap kali, kita mendapati bahwa harga masuk dalam tiga besar faktor penting dalam pemilihan produk atau merek. Respons semacam ini dapat menjadi jebakan; rekomendasi yang diambil dari hasil tersebut adalah untuk menurunkan harga atau memberikan diskon. Namun, pendekatan ini tidak selalu menjadi solusi yang tepat.
Faktanya, konsumen dari berbagai lapisan ekonomi mempertimbangkan harga, tapi dengan anggaran mereka berbeda. Konsumen dengan budget terbatas akan lebih berhati-hati dalam memilih produk, sedangkan konsumen dengan kapasitas anggaran lebih tinggi mungkin berani membayar lebih untuk nilai tambahan. Karena itu, penurunan harga bukanlah satu-satunya jalan keluar.
Sebaiknya, kita juga perlu mengeksplorasi faktor lain yang dapat meningkatkan nilai produk. Mungkin produk memiliki keunggulan lain yang bisa ditonjolkan, seperti kualitas, fitur unik, atau layanan pelanggan yang istimewa. Dengan memberikan nilai lebih, harga tidak lagi menjadi satu-satunya pertimbangan konsumen. Ini menunjukkan bahwa kita tidak hanya harus mendengarkan suara konsumen, tapi juga memahami apa yang memengaruhi keputusan mereka.
Kasus Kedua: Alasan Lokasi Restoran
Kasus kedua yang menarik, muncul saat melakukan riset di restoran atau kafe. Ketika ditanya mengapa mereka tidak pernah mengunjungi restoran tertentu–meskipun sudah tahu adanya, banyak konsumen menjawab bahwa lokasinya terlalu jauh. Dalam konteks ini, jawaban tampak jelas dan membawa rekomendasi untuk membuka cabang baru berdasar asumsi bahwa semakin dekat lokasinya, semakin meningkat pula kemungkinannya dikunjungi.
Namun, analisis yang lebih dalam menunjukkan bahwa ternyata banyak konsumen yang bersedia melakukan perjalanan jauh jika ada nilai yang sepadan dengan usaha mereka. Sebagai contoh, saat mengamati pengunjung pameran GIIAS di BSD, banyak dari mereka datang dari luar Jabodetabek karena ekspektasi pengalaman yang tinggi. Mereka tidak menganggap lokasi sebagai penghalang selama nilai yang ditawarkan sesuai dengan usaha yang mereka keluarkan.
Jadi, daripada membuka cabang baru dengan menganggap lokasi sebagai kendala, strategi yang lebih efektif mungkin adalah meningkatkan daya tarik restoran itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menonjolkan pengalaman yang ditawarkan, memberikan testimoni konsumen, serta menawarkan menu unik yang hanya ada di restoran tersebut. Dengan memperkuat nilai tersebut, konsumen akan lebih termotivasi untuk mengunjungi restoran meski lokasinya relatif jauh.
Kesimpulan: Memahami di Balik Jawaban Konsumen
Kedua kasus di atas menggambarkan pentingnya tidak hanya mendengar apa yang dikatakan konsumen, tapi juga memahami mengapa mereka menjawab dengan cara tersebut. Dengan demikian, kita dapat membuat rekomendasi yang lebih informasional serta strategis untuk masa depan. Menelaah jawaban konsumen dengan menggali lebih dalam alasan di baliknya memungkinkan bisnis untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dan mengambil keputusan yang lebih tepat.
Dengan pendekatan yang komprehensif, kita bisa menghindari kesalahan dalam strategi bisnis dan menemukan solusi yang lebih berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan pasar. Jadi, bukan hanya sekadar mendengarkan kata konsumen, tapi lebih kepada memahami alasan dan logika di balik pilihan mereka.
You might interest with this too

