GOODBYE GOOGLE, SOCIAL MEDIA TAKES OVER!

02 December 2024

Bukan, Google bukan mesin pencari pertama. Namun, Google menjadi mesin pencari atau search engine yang populer di kalangan kita saat ini. Google memiliki kemampuan menghasilkan pencarian yang relevan dan akurat. Google pun terus mengembangkan mesin pencarian mereka dengan berbagai fitur dan teknologi baru, seperti pencarian gambar, pencarian berita, dan pencarian real-time.

Google, raksasa mesin pencari yang telah lama mendominasi dunia digital, kini menghadapi tantangan serius dari generasi yang lebih muda. Studi yang telah Clove Research lakukan menunjukkan bahwa Generasi Z (Gen Z) beralih dari Google untuk melakukan pencarian informasi. Fenomena ini disebut sebagai “Goodbye Google”. Generasi muda lebih memilih mencari informasi melalui platform alternative daripada “googling”.

Welcome Social Media

Di Indonesia, Gen Z semakin banyak menggunakan media sosial sebagai sumber utama untuk mencari informasi. Data dari Clove Research menunjukkan sebanyak 73% Gen Z Indonesia mengandalkan media sosial untuk mengakses berita, sementara media digital lain hanya dipilih oleh sekitar 19%. Platform seperti TikTok dan Instagram sangat popular di kalangan Gen Z Indonesia. Hal ini disebabkan karena cepatnya akses informasi yang relevan dan seringkali menyertakan visual yang menarik dibandingkan dengan sekadar melakukan pencarian umum melalui mesin pencari tradisional.

Tren ini menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia Gen Z, mereka semakin mengandalkan media sosial sebagai sumber utama informasi tentang produk, merek, dan aktivitas sehari-hari. Uniknya, pencarian yang digunakan oleh Gen Z sering dimulai dengan gambar, bukan kata kunci. Fenomena ini menjadi tantangan bagi mesin pencari konvensional dan peluang bagi merek yang ingin berinteraksi langsung dengan Gen Z melalui konten media sosial yang strategis dan informatif.

Style Gen Z di Lingkup Pencarian

Semakin banyaknya penggunaan media sosial untuk mencari informasi sehari-hari, memahami perkembangannya secara lebih mendalam pun perlu dilakukan agar menjadi lebih tepat sasaran. Clove Research pun telah merangkum beberapa insight terkait dengan tren yang sedang berkembang saat ini, di antaranya:

1. TikTok dan Instagram sebagai Mesin Pencari Alternatif

TikTok dan Instagram bukan hanya platform hiburan bagi Gen Z di Indonesia, tapi juga tempat mereka mencari rekomendasi makanan, tren fashion, dan tutorial singkat. TikTok diakui sering digunakan untuk mencari informasi praktis menggunakan konten video untuk pemahaman yang lebih cepat. 

2. Kepercayaan pada Konten dari Influencer dan Content Creator

Mayoritas Gen Z di Indonesia lebih mempercayai rekomendasi dari influencer atau content creator lokal dibandingkan dengan hasil pencarian yang muncul di Google. Video atau konten yang dibagikan oleh seseorang yang dianggap relatable atau terpercaya menjadi salah satu sumber utama informasi.

3. Peran WhatsApp dan Telegram untuk Berbagi Informasi

Untuk kebutuhan informasi yang lebih spesifik, seperti berita atau diskusi terkait dengan pendidikan dan pekerjaan, WhatsApp dan Telegram cukup popular di kalangan Gen Z Indonesia. Mereka mengandalkan group yang ada untuk mendapatkan jawaban dari sesama anggota dan menjadikan aplikasi ini sebagai sumber informasi kolektif.

4. YouTube Tetap Kuat untuk Edukasi dan Hiburan

Gen Z cenderung menggunakannya untuk mencari tutorial lengkap dan hiburan yang lebih mendalam.

5. Google untuk Riset yang Lebih Serius

Google tetap relevan, terutama untuk keperluan yang lebih serius, seperti melakukan riset tugas sekolah atau pekerjaan. Bagi Gen Z, Google sering menjadi pilihan kedua setelah platform media sosial karena hasilnya yang dianggap lebih kompleks.

Pelaku Bisnis Perlu Paham Bagaimana PDKT dengan Gen Z

Untuk menyesuaikan strategi pemasaran dengan kebiasaan Gen Z yang mengutamakan media sosial dan konten visual, pelaku bisnis perlu menerapkan beberapa pendekatan kreatif dan autentik, seperti:

1. Membangun Konten yang Visual dan Informatif di Media Sosial

Platform TikTok, Instagram, dan YouTube, menjadi tempat utama bagi Gen Z untuk mendapatkan informasi. Brand dapat membuat konten yang menarik, seperti video pendek, tutorial, atau behind-the-scenes yang mengundang interaksi. Video atau konten dengan gaya storytelling yang cepat dan to-the-point dapat lebih mudah diterima Gen Z dibandingkan dengan teks panjang atau iklan tradisional. 

2. Bermitra dengan Influencer dan Content Creator

Banyak Gen Z mempercayai rekomendasi dari influencer atau content creator yang mereka ikuti. Brand yang ingin mendekati Gen Z dapat bermitra dengan micro-influencer­ atau nano-influencer yang memiliki basis pengikut kecil, tapi terlibat aktif dan loyal. Hal ini memberikan kesan yang lebih autentik dan personal. 

3. Menyediakan Informasi Berbasis Komunitas dan Forum Interaktif

Generasi ini cenderung lebih aktif dalam forum diskusi atau komunitas yang terbuka, seperti grup WhatsApp atau Telegram. Membangun komunitas resmi atau menyediakan akses ke forum diskusi dapat memberikan ruang bagi mereka untuk berinteraksi langsung dengan brand dan berbagi pengalaman.

4. Menggunakan User-Generated Content (UGC)

Gen Z sangat menghargai konten buatan pengguna lain yang mereka anggap lebih asli dan relatable. Menggunakan konten yang dibuat oleh konsumen, seperti ulasan video atau unggahan yang menunjukkan pengalaman nyata menggunakan produk dapat meningkatkan kepercayaan. Strategi ini juga memberikan peluang bagi Gen Z untuk merasa dilibatkan secara langsung dalam pemasaran brand.

5. Adopsi Teknologi Interaktif

Brand dapat menggunakan Augmented Reality (AR) atau filter interaktif di Instagram dan TikTok untuk membuat campaign yang lebih engaging. Misalnya, filter AR yang memungkinkan pengguna mencoba produk secara virtual, seperti riasan atau aksesoris.

6. Responsif terhadap Kebutuhan Sosial dan Lingkungan

Gen Z sangat peduli pada isu-isu sosial dan lingkungan. Brand yang menunjukkan komitmen nyata terhadap nilai-nilai tersebut dalam campaign-nya akan lebih mudah menarik perhatian Gen Z. Contoh, campaign yang mempromosikan keberlanjutan atau transparansi dalam rantai pasokan produk dapat membuat brand terlihat lebih bertanggung jawab dan menarik. 

Strategi ini menekankan pada pengalaman yang autentik dan interaktif sesuai dengan preferensi Gen Z, yang cenderung lebih menyukai konten visual, partisipatif, dan berbasis komunitas.