
Dua Generasi, Dua Gaya Belanja: Strategi FOMO vs YOLO
28 November 2024
Di dunia pemasaran, perilaku Fear of Missing Out (FOMO) dan You Only Live Once (YOLO) menjadi dua pendekatan yang kerap muncul, khususnya dalam cara dua generasi besar—Generasi Z dan Milenial—membuat keputusan pembelian online. FOMO merujuk pada rasa takut melewatkan sesuatu yang bernilai (seperti kesempatan membeli produk yang popular atau promosi pada waktu terbatas), sedangkan YOLO lebih mengarah pada sikap hidup yang mendorong untuk merasakan atau membeli sesuatu karena hidup hanya sekali.
Gen Z: Belanja dengan Rasa FOMO yang Kuat
Generasi Z (lahir 1997-2012) tumbuh di era digital yang sangat terhubung, di mana tren baru terus bermunculan di media sosial dan aplikasi belanja online. Karakteristik FOMO mereka sangat terasa dalam keputusan belanja, yang dipengaruhi oleh:
1. Kekuatan Media Sosial
Sebagai pengguna aktif media sosial, Gen Z dengan mudah terpapar konten viral, rekomendasi influencer, dan tren terbaru. Data Clove Research menunjukkan bahwa 67% Gen Z merasa takut melewatkan tren populer, sehingga sering melakukan pembelian impulsif saat melibatkan produk yang dianggap relevan dan modis.
2. Teknik Urgensi Pemasaran
Teknik seperti flash sales, diskon waktu terbatas, dan peluncuran produk eksklusif, menciptakan rasa membekas untuk Gen Z dan menjadi pendorong utama belanja impulsif mereka. Survei yang dilakukan Clove Research juga menemukan bahwa lebih dari 60% Gen Z pernah membeli barang berdasarkan promosi atau penawaran terbatas. Mereka merasa perlu untuk ‘ikut serta’ agar tidak ketinggalan kesempatan.
3. Komunitas dan Reputasi Sosial
Gen Z melihat produk sebagai cara untuk membangun identitas dan koneksi sosial mereka. Rasa FOMO ini juga tercermin dari tingginya tingkat keterlibatan mereka dalam komunitas online atau forum khusus. Bagi Gen Z, ikut memiliki produk tertentu bisa berarti mereka menjadi bagian dari sebuah kelompok atau komunitas yang lebih besar.
Milenial: Pembeli YOLO yang Fokus pada Pengalaman dan Kualitas Hidup
Milenial (lahir 1981-1996) berada pada tahap kehidupan di mana mereka menghargai pengalaman dan kualitas hidup. YOLO menjadi prinsip yang relevan karena mereka lebih memilih untuk membelanjakan uang untuk pengalaman atau barang yang membawa kenikmatan nyata dan keberlanjutan.
1. Mengutamakan Pengalaman
Milenial cenderung menghabiskan uang untuk pengalaman yang memberikan kepuasan langsung atau jangka Panjang. Lebih dari 78% Milenial lebih memilih mengeluarkan uang untuk pengalaman dibandingkan dengan barang material. Produk yang menawarkan nilai tambah, seperti pengalaman unik atau fitur berkelanjutan, lebih menarik bagi mereka.
2. Rasionalitas dengan Sentuhan YOLO
Dalam pembelian produk online, Milenial lebih condong memilih barang yang memiliki nilai personal bagi mereka atau bisa digunakan untuk memanjakan diri. Berbeda dengan Gen Z yang cenderung impulsif, Milenial biasanya melakukan riset lebih mendalam sebelum membeli. YOLO bagi Milenial adalah ingin mendapatkan kepuasan maksimal dari barang yang mereka beli, bukan hanya sekadar mengikuti tren.
3. Preferensi pada Kualitas dan Keberlanjutan
YOLO bagi Milenial juga terlihat dalam preferensi mereka untuk produk yang berkualitas, karena mereka cenderung membeli produk yang tahan lama atau memiliki nilai berkelanjutan.
Perilaku FOMO pada Gen Z dan YOLO pada Milenial menunjukkan bahwa kedua generasi ini memiliki cara berbeda dalam memaknai pengalaman pembelian. Gen Z cenderung membeli berdasarkan tren serta popularitas yang bersifat sementara dan Milenial cenderung melakukan pembelian dengan pertimbangan yang lebih dalam—di mana mereka mengutamakan pengalaman yang berkesan dan nilai berkelanjutan. Dengan memahami dan menerapkan pendekatan atau strategi pemasaran yang menargetkan perbedaan-perbedaan ini, brand dapat menghasilkan dampak besar dalam menarik perhatian serta loyalitas dari kedua generasi.
Mungkin anda akan menyukai ini
